Saturday, June 23, 2012

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN

 Repost:http://mnoerilham.blogspot.com/

DATA JEMBATAN SRANDAKAN II

Tipe Jembatan : Beton Prategang
Kelas Jembatan : I (Bina Marga)
Jumlah bentang : 3 bentang
Panjang tiap bentang : 40.8 m
Lebar jembatan : 19 m
Fondasi Jembatan : borepile
Down-load contoh perhitungan berikut ini :


DATA JEMBATAN TEBING RUMBIH KALSEL

Tipe Jembatan : Beton Prategang
Kelas Jembatan : I (Bina Marga)
Jumlah bentang : 1 bentang
Panjang bentang : 50.8 m
Lebar jembatan : 9 m
Fondasi Jembatan : tiang pancang baja
Down-load contoh perhitungan berikut ini :


Berikut ini diberikan contoh Perhitungan Struktur Box-Girder Prategang
bentang 50 m untuk Gejayan dan Jombor Fly Over, Yogyakarta
Down-load contoh perhitungan berikut ini :


Contoh perhitungan Voided Slab untuk bagian jembatan yang
melengkung dapat di-down load perhitungan berikut ini :


Berikut ini contoh perhitungan T-Girder untuk Jembatan Brantan, Wates,
Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Down-load perhitungan berikut ini :


Berikut ini contoh perhitungan I-Girder untuk Jembatan Ngawen,
Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta. Down-load perhitungan berikut ini :

Berikut ini contoh perhitungan Compossite Girder untuk Jembatan
Bonjok, Kebumen, Jawa Tengah. Down-load perhitungan berikut :

Berikut ini contoh perhitungan Under Pass di bawah jembatan layang
Jombor Fly Over, Yogyakarta. Down-load perhitungan berikut :


Berikut ini contoh perhitungan Box-Culvert untuk Jembatan Kalibayem,
Sleman, D.I. Yogyakarta. Down-load contoh perhitungan berikut ini :


DATA JEMBATAN WANAGAMA

Tipe Jembatan : Plat Lengkung
Kelas Jembatan : II (Bina Marga)
Bentang Jembatan : 35 m
Lebar Jembatan : 5 m
Fondasi Jembatan : fondasi langsung (foot plat)
Down-load contoh perhitungan berikut ini :
Berikut ini contoh Input Beban Jembatan Sarjito II Yogyakarta
yang dianalisis dengan Program SAP2000 v-11


PERHITUNGAN PIER TIPE KOLOM TUNGGAL

Pier jembatan tipe kolom tunggal banyak digunakan pada fly over.
Berikut ini contoh perhitungan Pier untuk Gejayan Fly Over, Yogyakarta.
Down-load contoh perhitungan berikut ini :

PERHITUNGAN PIER TIPE PORTAL

Pier jembatan tipe portal sering digunakan pada jembatan yang melintasi
sungai yang dalam. Berikut ini diberikan contoh perhitungan Pier untuk.
Jembatan Boro, Kebumen, Jawa Tengah.
Down-load contoh perhitungan berikut ini :

 

PERHITUNGAN STRUKTUR 

KENTUNGAN FLY OVER YOGYAKARTA


Berikut ini Contoh Perhitungan Struktur Jembatan Layang (Fly Over) Kentungan,
Yogyakarta dengan data teknik sebagai berikut :
1. Struktur atas berupa prestressed concrete box-girder tipe continuous
    girder dua bentang dengan panjang tiap bentang 50 m.
2. Pier tipe dinding beton bertulang dengan bentuk "Y".
3. Jenis fondasi bore pile diameter 120 cm dengan kedalaman 20 m.


PERHITUNGAN JEMBATAN PLAT (SLAB BRIDGE)

Struktur jembatan plat (slab bridge) terdiri atas plat lantai kendaraan dan fondasi tiang yang sekaligus berfungsi sebagai tiang penyangga (pier) seperti pada jembatan jetty.
Down-load contoh perhitungan slab bridge berikut ini :

APLIKASI EXCEL UNTUK TEKNIK SIPIL

Repost:http://kampustekniksipil.blogspot.com
1. Slab, Beam, Column & Foundation Design
a1
a2  a3
2. Steel, Column Base Plate Analysis
a4
3. Steel, Beam & Column Analysis
a5a6
4. Beam End Connection Using Beam Tab
a7
5. Beam End Connection Using Clip Angels
a8
6. Continuous Concrete Beams
a9
7. SmartBeam Composite Castellated Beam Design
Download Spreadsheet : SmartBeam Composite Castellated Beam Design (Klik disini)
a10
8. SmartBeam Non-Composite Castellated Design
Download Spreadsheet : SmartBeam Non-Composite Castellated Design (Klik disini)
a11
9. Wave And Wind Rose
Download Spreadsheet : Wave And Wind Rose (Klik disini)
a12
Semoga Bermanfaat….!

DESAIN PONDASI TELAPAK

Repost:http://kampustekniksipil.blogspot.com
DESAIN PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR
Screenshoot Spreadsheet
 
A1 (Input Data)
 
G6
(Skema Hitung Fondasi)
 
G5
(Analisa Perhitungan)
 
G2
(Desain Tulangan)
 
G4
(Lampiran Peraturan SNI 03-2847-2002Yang terkait)
 
G7
  (Laporan singkat perhitungan)
 
isolated-footing Landasan Teori (Dasar Perencanaan)
Dalam mendesain pondasi telapak, perencanaan pondasi harus mencakup segala aspek agar terjamin keamanan sesuai dengan persyaratan yang berlaku, misalnya, penentuan dimensi pondasi meliputi panjang, lebar dan tebal pondasi, kemudian jumlah dan jarak tulangan yang harus dipasang pada pondasi.
Adapun peraturan untuk perencanaan pondasi telapak tercantum pada SNI 03-2847-2002 merujuk pada pasal 13.12 dan pasal 17.
Jika ada yang belum memiliki peraturan tersebut. Silahkan klik disini untuk download SNI 03-2847-2002
 
Garis besar perencaan Fondasi Telapak
1. Menentukan Dimensi Pondasi
hal yang paling penting dalam merencanakan pondasi adalah menentukan ukuran dimensi, dimana ukuran panjang, lebar dan ketebalan telapak pondasi harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga tegangan yang terjadi pada dasar pondasi tidak melebihi daya dukung tanah dibawahnya
2. Mengontrol Kuat Geser 1 Arah
kerusakan akibat gaya geser 1 arah terjadi pada keadaan dimana mula-mula terjadi retak miring pada daerah beton tarik (seperti creep) lihat gambar dibawah. Akibat distribusi beban vertikal dari kolom (Pu kolom) yang diteruskan ke pondasi, maka pada bagian dasar pondasi mengalami tegangan. Akibat tegangan ini, tanah memberikan respon berupa gaya reaksi vertikal keatas (gaya geser) sebagai akibat dari adanya gaya aksi tersebut. Kombinasi beban vertikal Pu kolom (kebawah) dan gaya geser tekanan tanah keatas berlangsung sedemikian rupa sehingga sedikit demi sedikit membuat retak miring tadi semakin menjalar keatas sehingga membuat daerah beton tekan semakin mengecil. Nah…dengan semakin mengecilnya daerah beton tekan ini maka mengakibatkan beton tidak mampu menahan beban geser tanah yang menyodok/mendorong keatas, akibatnya beton tekan akan mengalami keruntuhan.

g2
Kerusakan pondasi yang diakibatkan oleh gaya geser 1 arah ini biasanya terjadi jika nilai perbandingan antara nilai a dan nilai d cukup kecil, dan selain itu, mutu beton yang digunakan juga kurang baik sehingga mengurangi kemampuan beton dalam menahan beban tekan

g1 
Retak pondasi yang diakibatkan oleh gaya geser 1 arah, biasanya terjadi pada jarak +/- d dari muka kolom, dimana d adalah tebal efektif podasi
3. Mengontrol Kuat Geser 2 Arah (Geser Pons)
Bisa disebut juga dengan geser pons (punching shear), dimana akibat gaya ini, pondasi mengalami kerusakan disekeliling kolom dengan jarak kurang lebih d/2

g3

4. Menghitung Tulangan Pondasi
Beban yang bekerja pada pondasi adalah beban dari reaksi tegangan tanah yang bergerak vertikal keatas akibat adanya gaya aksi vertikal kebawah (Pu) yang disalurkan oleh kolom. Tulangan pondasi dihitung berdasarkan momen maksimal yang terjadi pada pondasi dengan asumsi bahwa pondasi dianggap pelat yang terjepit dibagian tepi-tepi kolom.
Menurut SNI 03-2847-2002, untuk tulangan pondasi telapak berbentuk bujursangkar harus disebar merata pada seluruh lebar pondasi (lihat pasal 17.4.3)
5. Mengontrol Daya Dukung Pondasi
Pondasi sebagai struktur bangunan bawah yang menyangga kolom yang memikul beban-beban diatasnya (bangunan atas) harus mampu menahan beban axial terfaktor (Pu) dari kolom tersebut. Maka dari itu beban dari Pu diisyaratkan tidak boleh melebihi daya dukung dari pondasi (Pup) yang dirumuskan sebagai berikut :
Pu < Pup
Pup = Ø x 0,85 x fc’ x A
Dimana :
Pu  = Gaya aksial terfaktor kolom……. (N)
Pup  = Daya dukung pondasi yang dibebani……. (N)
fc’ = Mutu beton yang diisyaratkan……. (Mpa)
A = Luas daerah yang dibebani…….(mm2)

Untuk contoh penggunaan spreadsheet ini, akan diulas pada posting  berikutnya.
Dasar teori spreadsheet perhitungan pondasi telapak bujursangkar ini mengacu pada SNI 03-2487-2002, dan alur langkah perhitungan ada dalam bagan alir perencanaan pondasi yang ada dalam spreadsheet tersebut.
Untuk download Spreadsheet Klik pada icon rumah dibawah ini…….
  Download spreadsheet
Sekian…
Dan semoga bermanfaat…

DESAIN PONDASI TELAPAK PERSEGI PANJANG
imagesPad foundation atau pondasi telapak adalah pondasi yang biasa digunakan untuk menumpu kolom bangunan, tugu, menara, tangki air, cerobong asap dan beberapa bangunan sipil lainnya. Pondasi ini berbentuk papan yang terbuat dari beton bertulang dan diletakan di atas tanah pada kedalaman tertentu dengan dimensi dan ketebalan yang tertentu pula. Biasanya, pondasi ini dibuat dengan dimensi yang lebih besar daripada kolom diatasnya, Hal ini bertujuan agar beban yang diteruskan ke pondasi dapat disebarkan keluasan tanah yang lebih besar dibawahnya.
Karena dimensi ukuran dari pondasi dibuat lebih besar daripada kolom diatasnya, maka secara fisik terlihat seperti alas kaki atau sepatu kolom, sehingga pondasi ini bisa disebut juga sebagai pondasi kaki pelat atau “foot plate”

Image 8 Image 4
Secara geometrik, bentuk dari pondasi telapak ini dapat dibuat dengan dua macam bentuk, yaitu dengan bentuk bujur sangkar atau persegi panjang.
Pondasi dengan bentuk bujur sangkar biasanya digunakan jika beban yang bekerja pada pondasi berupa beban tekan sentris (P) dan tanpa momen (M), (atau jika ada tapi momennya kecil). Namun apabila beban yang bekerja pada pondasi berupa beban tekan sentris (P) dan momen (M) secara bersamaan, maka biasanya digunakan pondasi persegi panjang.
Lho mengapa demikian ?
Lihat ilustrasi berikut,

P2
Nah, kira-kira lebih sulit mana, menggulingkan pondasi di gambar 1 atau pondasi di gambar 2 ? smile_regular
Dari sini saja sudah terlihat mengapa harus digunakan pondasi berbentuk persegi panjang. Untuk beban tekan sentris, pondasi dengan bentuk bujur sangkar cukup stabil menahan beban. Namun, apabila selain beban tekan ini ada lagi beban momen (M) yang menyebabkan penggulingan seperti gambar diatas, maka bentuk pondasi harus disiasati agar bisa menahan penggulingan, dengan cara memperbesar salah satu sisi bagian pondasi yang lemah atau tidak aman terhadap beban yang menggulingkannya.

P3

Dan tentu saja, selain luas penampang yang diperbesar, ada faktor lain yang juga harus dijadikan perhatian agar pondasi yang kita buat nantinya aman dan stabil terhadap beban yang bekerja. “Aman” dalam artian tidak ngguling, tidak nggeser dan tidak ambles yang mengakibatkan kerusakan struktur dibagian atasnya, seperti kolom retak, dinding retak, keramik lantai pecah-pecah dan lain sebagainya.
Apakah faktor tersebut?
Faktor tersebut adalah “daya dukung tanah”.
Kekuatan atau daya dukung tanah sangat menentukan besar dan kecilnya ukuran pondasi. Sebagai contoh untuk jenis pondasi telapak tunggal, semakin kuat daya dukung tanah, semakin kecil ukuran pondasi yang direncanakan. Sebaliknya, semakin lemah daya dukung tanahnya, maka semakin besar ukuran pondasi yang akan direncanakan. Untuk tanah dengan daya dukung lemah, sebaiknya tidak menggunakan pondasi ini, karena desain area penampangnya pasti akan besar sehingga tidak efektif di pelaksanaan dan boros di keuangan. Sobat bisa menggunakan alternatif pondasi lain seperti pondasi sumuran atau bahkan tiang pancang jika daya dukung tanahnya sangat rendah sekali.

Terus bagaimana caranya agar kita bisa tahu bahwa tanah tempat pondasi tersebut diletakan mempunyai daya dukung yang kuat? smile_sad
smile_regular bisa melalui beberapa usaha, seperti,
- Sobat bisa merujuk pada peraturan bangunan setempat yang dikeluarkan oleh lembaga terkait.
- Pengalaman tentang membuat pondasi yang sudah ada, atau keterangan yang berkaitan dengan pondasi disekitarnya.
- tanya tukang (tidak dianjurkan, tapi boleh dicoba sebagai bahan masukan dan bertukar fikiran) smile_regular
- Pengujian atau pemeriksaan tanah, baik di laboratorium atau di lapangan ---> ini yang paling di rekomendasikan

Nich sob… akibatnya jika pondasi sampai mengalami pergeseran atau penurunan yang melebihi batas toleransi.

retak1
(retak kolom struktur)
 retak2  (Retak dinding tembok)

Pondasi telapak, apakah nantinya didesain berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang, yang penting adalah pondasi tersebut harus kuat menahan beban yang bekerja padanya. Dan tentu saja seperti yang sudah disinggung diatas, selain pondasi harus kuat, tanah tempat pondasi tersebut diletakan juga harus bisa memberikan daya dukung yang cukup kuat agar pondasi tidak mengalami penurunan yang melebihi batas toleransi sehingga mengakibatkan rusaknya struktur dibagian atas.
Terus bagaimana caranya agar kita tahu bahwa pondasinya kuat ? smile_sad

smile_omg Ya, tentu saja harus dihitung, Karena dengan menghitung kita bisa tahu dan membuktikan bahwa pondasi yang direncanakan nantinya betul-betul kuat.
Nah sobat,… salah satu cara untuk memenuhi keperluan tersebut diatas maka dibuatlah  “spreadsheet hitung pondasi” untuk mempermudah proses perhitungannya.
smile_nerd Catatan :
1. “spreadsheet perencanaan pondasi telapak persegi panjang”,  adalah seri lanjutan dari spreadsheet perencanaan pondasi tapak yang sebelumnya telah membahas mengenai “spreadsheet perencanaan pondasi telapak bujur sangkar
2. Untuk spreadsheet “perencanaan pondasi telapak persegi panjang” ini penulis tetap mengandalkan microsoft excel sebagai platform nya, selain dikarenakan pengoperasiannya yang relatif mudah, excel juga memilki kekuatan di bahasa ‘macro-nya’ dan bisa dikolaborasikan dengan visual basic sehingga hasilnya betul2 memuaskan.

Screenshoot Spreadsheet

screen1 (Input Data)

screen2   (Laporan Singkat Perhitungan)
screen3
    (Grafik Tegangan Tanah)

screen4
    (Hasil Perhitungan)
screen5
    (Hasil Perhitungan)
screen6      (Hasil Perhitungan)
final desain
   (Desain Tulangan)

3. Spreadsheet ini dalam analisanya tidak memperhitungkan pengaruh eksentrisitas kolom terhadap pondasi, jadi seandainya pengaruh tersebut diperhitungkan, sobat harus menghitungnya sendiri.
4. Tidak seperti “spreadsheet perencanaan pondasi telapak bujur sangkar”,  Untuk spreadsheet “perencanaan pondasi persegi panjang” ini ukuran kertas, margin, dan layout nya sudah diatur sedemikian rupa sehingga hasilnya bisa langsung dicetak dan tidak perlu di setting lagi.

Data struktur :
K1   =   25/25
f’c   =   20 Mpa
fy    =   320 Mpa (U-32)
Hasil dari analisa STAAD didapat
Pu   =   323,276 KN
Mu,z  =   1,659 KN.m
Mu,x  =   -0,103 KN.m
Mu,y  =    0,017 KN.m
dari data tanah :
Berat tanah = 17,20 KN/m3
Kedalaman 1,6 m dari MT, adalah = 2 kg/cm2  =  196,133 KPa
Desain ukuran pondasi dan tulangan yang dibutuhkan?

Penyelesaian :

1. Buka spreadsheet “Perencanaan pondasi telapak persegi panjang”.
2. Masukan data rencana ke spreadsheet sesuai dengan data diatas.
    Untuk data pondasi kita coba dan kita rencanakan sebagai berikut :
    - B X L = 125 cm x 150 cm.
    - Selimut beton (sb) = 75 mm (karena berhubungan langsung dengan tanah)… lihat SNI 03-2847 pasal 9.7.1
    - Besi tulangan direncanakan dengan ukuran 13 mm (ulir 13)
    - Untuk nilai αs = 40 (karena kolomnya adalah kolom dalam, maka konstantanya adalah 40)
catatan :
αs =  suatu konstanta yang digunakan untuk menghitung Vc yang nilainya tergantung pada letak  fondasi
40 = kolom dalam
30 = kolom tepi
20  = kolom sudut
    - Tebal fondasi (ht) = 0,3 m = 30 cm
    - Tebal tanah diatas pondasi (ha) = 1,6 – 0,3 = 1,30 m
   
input data

3. Jika data sudah di inputkan dengan benar, sekarang coba lihat laporan singkat perhitungan di bagian bawah input data. Untuk itu geser scrool mouse ke bawah.

revisi1

Disini terlihat, bahwasanya pondasi dengan ukuran 1,25 x 1,50, tidak bisa diaplikasikan, karena tegangan tanah yang terjadi dibawah pondasi melampaui daya dukung tanahnya. Walaupun daya dukung pondasi terhadap beban okey, namun tetap saja pondasi dengan ukuran sekian tidak boleh dilaksanakan karena pondasi bisa mengalami penurunan, sehingga bisa membahayakan struktur diatasnya.

4. Sekarang geser scroll mouse kebawah lagi untuk melihat tegangan tanahnya.

grafik teg tnh

Garis tegangan tanah (warna biru) diatas garis daya dukung tanah (warna merah). ini menunjukan tegangan tanah melampaui daya dukung tanah yang di izinkan, sehingga ukuran dimensi pondasi harus diperbesar

5. Sekarang kita ganti ukuran pondasi menjadi 1,30 m x 1,60 m, dengan tebal 0,30 m

laporan singkat2

6. Jika sudah, sekarang geser scroll mouse kebawah untuk melihat laporan singkatnya. Hasilnya sebagai berikut :

revisi2
 grafik teg tnh2

Daya dukung tanah lebih besar dari tegangan tanah yang terjadi. Ketahanan beton pondasi cukup kuat atau lebih besar dari gaya geser 1 arah dan 2 arah, serta daya dukung pondasi aman terhadap beban yang bekerja (Pu > Pu,k). Sehingga pondasi dengan ukuran (1,30 x 1,60) m dengan tebal = 0,3 m bisa untuk diaplikasikan.
Tulangan pondasi didesain :
Sejajar Arah Panjang : D13 – 139 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 11 buah)
Arah melintang (di jalur pusat) : D13 – 164 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 9 buah)
  - Arah Tepi (kanan) : D13 – 450 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 1 buah)
  - Arah Tepi (kiri) : D13 – 450 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 1 buah)
Mungkin sobat bingung dengan format penulisan penulangan diatas, biar tidak bingung, sobat klik tab sheet “Desain Tulangan”. (Lihat hasil penulangannya dalam bentuk grafik)

tool

revisi3

7. Sekarang kita cek panjang penyaluran tegangan tulangan, untuk itu klik tab sheet “Hasil Perhitungan”. Geser scroll mouse ke bawah sampai di halaman 9

panjang penyaluran tegangan 
Perhatikan notasi yang saya beri kotak warna biru, didalamnya ada kotak yang berwarna orange. Kotak tersebut adalah kotak input data yang harus di isi untuk mengetahui panjang tegangan tulangan yang terjadi.
Adapun penjelasan notasi tersebut diatas adalah sebagai berikut :
α    =   Faktor lokasi penulangan
- 1,3 jika tulangan berada diatas beton setebal  ≥ 300 mm
- 1,0 untuk tulangan lain
(karena beton segar dibawah tulangan (selimut beton) adalah = 75 mm, maka α = 1)

β   =   Faktor pelapis
- 1,5 jika batang atau kawat tulangan berlapis epoksi dengan selimut beton kurang dari 3 db atau spasi bersih tulangan kurang dari 6db.
- 1,2 jika batang atau tulangan berlapis epoksi lainnya
- 1,0 jika tulangan tanpa epoksi
(karena tulangan kita tanpa epoksi, maka nilai β = 1,0)

γ   =   Faktor ukuran batang tulangan
- 0,8 jika tulangannya D19 atau yang lebih kecil
- 1,0 jika tulangannya D22 atau yang lebih besar
(karena tulangan yang kita pakai adalh D13, maka γ = 0,8)
          
λ   =   Faktor beton agregat ringan
- 1,3 jika digunakan beton agregat ringan
- 1,0 jika digunakan beton normal
(karena yang kita gunakan adalah beton normal, maka λ = 1,0)
 
c   =   Spasi antar tulangan atau dimensi selimut beton (diambil nilai terkecil)… (mm)
( c = 75 mm)

Ktr   =   Faktor tulangan sengkang, Ktr = (Atr x fyt) / (10 x s x n)
(Untuk penyederhaan,  boleh dipakai Ktr = 0)
λd   =  Panjang penyaluran tegangan
λd > 300

Catatan :
Penjelasan secara lengkap mengenai notasi2 ini, sobat bisa merujuk ke SNI 03-2847,  pasal 14.2.3

hasil1

Karena panjang penyaluran λd = 267,90 < 300, maka tidak memenuhi persyaratan, untuk itu tulangan diganti dengan diameter 16 mm (D16).
Sehingga λd = 329,72 > 300… (Ok!)

hasil2

Oleh karena terjadi perubahan pada rencana ukuran batang tulangan, maka hitungan dan hasil desain tulangan secara keseluruhan berubah.
Berikut adalah hasil desain setelah terjadi perubahan ukuran tulangan (lihat gambar bawah) :
Rencana dimensi pondasi = (1,30 x 1,60) m, tebal = 30 cm
Penulangan pondasi :
Sejajar Arah Panjang : D16 – 211 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 8 buah)
Arah melintang (di jalur pusat) : D16 – 254 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 6 buah)
  - Arah Tepi (kanan) : D16 – 450 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 1 buah)
  - Arah Tepi (kiri) : D16 – 450 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 1 buah)


revisi4
Untuk kemudahan dilapangan, maka tulangan dipasang sebagai berikut :
Sejajar arah panjang : D16 - 200
Sejajar arah pendek  : D16 - 250

revisi5

Okey sob, sampai disini pembahasan kita,
sobat bisa bereksplorasi untuk mendesain pondasi tapak dengan spreadsheet ini,…
Sekian,  dan semoga bermanfaat .

Ups sampai lupa, untuk download spreadsheet ini, sobat klik aja ikon rumah dibawah ini smile_regular

   Download spreadsheet
atau klik di sini