Tuesday, October 1, 2013

EXCEL UNTUK TEKNIK SIPIL (Part 2)

Excel beam calculation (EBC) adalah spreadsheet program hitung balok yang dibuat dengan bantuan microsoft excel. Keluaran (output) dari program ini adalah luas dan jumlah kebutuhan tulangan lentur (utama), geser dan torsi dari sebuah balok. Selain itu, juga dilengkapi dengan kontrol regangan beton dan baja tulangan untuk mengetahui status desain tulangan yang terpasang pada balok tersebut apakah kurang (under reinforcement), seimbang (balanced reinforcement) atau kah malah berlebih (over reinforcement).
Sekedar sebagai catatan,
keadaan balok yang under, balanced dan over reinforcement sangat penting untuk dikontrol dan diketahui, karena ini hubungannya dengan cara balok dalam mengalami keruntuhan, apakah nanti balok tersebut bersifat ductile failure (runtuh tarik), balance (runtuh seimbang), ataukah brittle failure (runtuh tekan).
ductile failure adalah mode keruntuhan yang diharapkan karena memberikan tanda berupa lendutan sebelum balok mengalami keruntuhan, hal ini dikarenakan baja tulangannya sudah leleh terlebih dahulu sebelum beton mencapai regangan maksimalnya (dengan kata lain, beton belum hancur tapi baja tulangannya sudah leleh). Keadaan demikian ini “menguntungkan” bagi kepentingan kelangsungan hidup manusia, karena ada peringatan tentang lendutan membesar sebelum runtuh.
balance adalah mode keruntuhan yang paling diharapkan dan sangat ideal, karena hancurnya beton bersamaan dengan lelehnya baja tulangan. Karena beton dan baja rusak secara bersamaan, maka kekuatan beton dan baja tulangan dapat dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga penggunaan material beton dan baja tersebut jadi lebih hemat. (Tapi dalam prakteknya sangat sulit dicapai karena beberapa faktor,… apakah faktor-faktor tersebut ? nanti akan saya akan jelaskan di episode berikutnya hehe :D)
brittle failure adalah keadaan yang paling tidak diharapkan dan harus dihindari, karena beton lebih dulu hancur sebelum melelehnya baja tulangan. Hal ini terjadi karena tulangannya terlalu kuat (over reinforced), sehingga saat betonnya akan hancur baja tulangannya masih belum leleh, sehingga ketika diatas balok diberi tambahan beban yang besar, maka tak ayal lagi akan grubyaaaaaak……  (terjadilah keruntuhan mendadak tanpa peringatan terlebih dahulu),… bisa almarhum tuh orang orang dibawahnya kejatuhan balok beton hehe… :D

Penjelasan secara lengkap mengenai ini akan saya jelaskan di posting saya berikutnya yang berjudul “ Perencanaan Balok Dengan Tulangan Rangkap-Part 1

Input program EBC adalah data material balok meliputi lebar dan tinggi penampang balok (b dan h), selimut beton (d), jarak titik berat tulangan tarik ke serat tepi beton tarik  (ds), kuat karakterisitik beton (fc), mutu baja tulangan (fy dan fys), ukuran diameter tulangan rencana (reinf), serta  momen ultimite (Mu), geser ultimate (Vu) dan torsi ultimate (Tu) yang terjadi pada balok.
Untuk Mu, Vu dan Tu, dihitung sendiri melalui hitungan manual atau melalui bantuan software analisa struktur seperti SAP, STAAD, ETABS,… dan lain sebagainya.
Tidak ada yang istimewa dari program EBC ini dari sisi interface. Interface EBC hanyalah sekumpulan data yang ditata sedemikian rupa didalam tabel-tabel (cell) yang disediakan oleh excel.
Mengapa demikian?
Karena memang tujuan dari pembuatan EBC ini difokuskan untuk menampung banyak data, yaitu data2 element balok struktur dan gaya dalam dari element2 balok struktur tersebut.
Data2 tersebut kemudian diolah sedemikian rupa dalam tabel excel untuk didapatkan desain tulangannya.
Berikut adalah screenshoot program EBC
 
EBC1
EBC4

EBC3

EBC5

Terus bagaimana cara penggunaan Spreadsheet (program) EBC ini ?
Sebelum kita akan membahas lebih lanjut mengenai bagaimana cara penggunaan EBC ini, Mungkin ada baiknya sobat download dulu file staad.rar dibawah ini sebagai bahan untuk pembahasan.
download : staad.rar
(Catatan : setelah didownload, extract “staad.rar, kemudian buka file “structure1.std” dengan menggunakan STAAD)

1. Katakanlah saya akan menganalisa sebuah pemodelan struktur portal dengan bentuk geometri seperti berikut ini (file ‘structure1.std)

PORTAL 
PORTAL2
  
  • Element/member balok = 7
         Dimensi element/member balok
         R2 = 20/35, member : 10, 11, 12, 13
         R3 = 20/30, member :2, 5, 8
  • Element/member kolom = 6
         R1 = 30/30, member : 1, 3, 4, 6, 7, 9
Frame portal terdiri dari balok – kolom dengan ukuran seperti diatas. Lebar antar kolom arah – X = 4 m, arah – Y = 5 m, dan tinggi portal = 4 m, diatasnya terdapat pelat setebal t = 12 cm yang menyangga beban hidup sebesar 100 kg/m2.

Untuk mencari gaya-gaya dalam yang terjadi, maka saya menggunakan STAAD Pro sebagai program bantu untuk menganalisanya.
Lhooo,… kenapa yang dipakai STAAD Pro? bukan SAP, ETABS atau yang lainnya ?…
ya sebenarnya pakai SAP, ETABS ataupun yang lainnya tidak jadi masalah, hanya saja  EBC yang saya buat lembar input data untuk memasukan data gaya dalam sudah disesuaikan dengan settingan lembar output gaya dalam dari STAAD, jadi tinggal di copy paste aja gitu,… hehehe ^_^

Yup,.. kembali ke topik.
1. Dari analisa STAAD didapat gaya2 dalam (momen, geser dan torsi) sebagai berikut :

output

Catatan :
1. Untuk mengakses output gaya axial, momen, geser dan torsi seperti diatas, bisa didapat melalui menu Post Procesing. (lihat gambar bawah)
GB3 
2. Setting ‘Force Units” agar ouput satuan untuk distance, axial forces, shear forces dan bending moment berturut-turut yaitu mm, N, N, dan KNm. Untuk keperluan ini, sobat bisa mengaksesnya di tools ‘Change Graphical Display Units’
3. Saya tidak akan membahas lagi dasar-dasar operasi STAAD, karena saya anggap sobat sudah paham. Bagi sobat yang belum paham silahkan sobat pelajari di posting “Perencanaan Ruko Dua Lantai Dengan Program Bantu STAAD Pro Part 1 – 4

2. Hasil output tersebut diatas kemudian di copy dengan cara mengklik kiri 2x di pojok kiri atas (tepatnya ditulisan “beam”) sehingga semua data terselect dengan blok berwarna hitam, kemudian dilanjutkan dengan meng klik kanan dan pilih Copy

GB2

3. Buka program Excel, kemudian Paste – kan  hasil copy tersebut (hasilnya seperti gambar dibawah ini).

output excel

4. Sekarang seleksi dan copy kembali data hasil paste tersebut, tapi hanya pada bagian distance dan gaya dalamnya saja. (lihat gambar dibawah)

output excel2

5. Buka EBC – kemudian klik pada tab sheet “OUTPUT STAAD” kemudian Paste kan hasil Copy tadi ke sheet ini.

gb1
 
 A1

sehingga hasilnya seperti ini :

A2

6. Klik tab sheet “Rencana Balok”, kemudian inputkan data rencana balok sesuai dengan data yang telah kita masukan pada STAAD, yaitu TYPE 2 =R2 = 20/35 dan TYPE =R3 = 20/30.
Ketik di cell (A,2) = 2
Ketik di cell (B,2) dan (C,2) masing-masing = 200 dan 350
Ketik di cell (A,3) = 3
Ketik di cell (B,3) dan (C,3) masing-masing = 200 dan 300
A3
 A5
Catatan :
R1 = 30/30 tidak usah dimasukan karena R1 adalah type kolom. EBC hanya untuk desain balok bukan desain kolom, jadi R1 tidak dianalisa)
Okey!, sampai step ini kita telah selesai menginput semua data yang diperlukan, yaitu data gaya dalam dan data balok rencana. Sekarang saatnya untukmengetahui hasil desain tulangan dari masing2 element balok.

7. Klik sheet “TulanganLentur”. Select atau blok cell (A,16-18) sampai dengan (BD,16-18)kemudian copy lah sampai 7x kebawah (cat : karena jumlah baloknya ada 7, jadi ngopy nya harus 7). Lihat gambar bawah.

A6
Hasilnya seperti ini,

A7

8. Ganti atau isi membernya dengan nomor element balok yang akan dianalisa yaitu element 2, 5, 8, 10, 11, 12, 13. Kemudian ganti typenya sesuai dengan type element/member dari STAAD, yaitu type 2 (20/35) untuk member10, 11, 12, 13 dan type 3 (20/30) untuk member 2, 5, 8 (Lihat gambar dibawah).

A8

Sekarang anda perhatikan kolom yang saya beri kotak memanjang kebawah berwarna hijau. Kolom tersebut adalah kolom untuk input data ds dan reinf.
ds adalah Jarak titik berat tulangan tarik sampai serat tepi beton beton bagian tarik. Sedangkan reinf adalah ukuran diameter tulangan rencana.
reinf  = 13, maksudnya :
Tulangan utama yang saya rencanakan berdiameter 13 mm
ds = 44.5, maksudnya :
selimut beton + diameter begel +1/2 (diameter tulangan utama)
= 30 mm + 8mm + 1/2 (13)
= 44.5 mm

9. Untuk melihat hasil desain tulangan, geser slider ke kekanan. Hasilnya seperti gambar dibawah.

A9

Catatan :
Dari tabel diatas, terlihat bahwa balok member 2 didesain dengan tulangan tumpuan 2 D 13 atas-bawah dan lapangan 2 D 13 atas-bawah. Sedangkan lebar ukuran balok member ini adalah 20 cm, jadi jarak bersih antar tulangan pada arah mendatar sangat mencukupi sekali (9.6-1 SNI 03-2847-2002).
Nah,… kalau seandainya (ini misalkan saja lho ya), balok member 2 ini menerima momen yang lebih besar lagi (ingat : ini hanya misal), sehingga desain tulangan yang didapat didaerah lapangan adalah  6 D 13 (bawah), maka ds seperti yang saya jelaskan dilangkah no 8 harus di cek ulang
mengapa dicek ulang :
Karena space balok tidak cukup untuk 6 tulangan jika dipasang dalam 1 lapis. Sehingga beberapa tulangan harus dipasang satu lapis lagi diatasnya, untuk menghindari jarak antar tulangan yang terlalu rapat pada arah mendatar
Dengan dipasangnya 1 lapis tulangan diatasnya maka jarak titik berat tulangan tarik ke serat tepi beton bagian tarik (ds) otomatis akan berubah. (coba lihat gambar bawah)

beam2
ds = selimut beton + diameter sengkang + diameter tulangan utama + 1/2 (jarak antar tulangan arah vertikal)
ds = 30 mm + 8 mm + 13 mm + 1/2 (25mm)
ds = 64 mm
Jadi nilai ds nya tidak 44.5 mm lagi sob,… tapi  64 mm (Bila seandainya desain tulangan balok 6 D 13,…)


Sekedar sebagai catatan, bahwa jarak minimal antar tulangan mendatar harus lebih besar dari 25 mm dan disarankan lebih besar dari 40 mm. (9.6-2 SNI 03-2847-2002). Sedangkan untuk arah yang vertical minimal sejarak 25 mm
Dengan berubahnya ds, maka beberapa variabel yang lain akan terpengaruh, sobat harus cek lagi. Kemudian perhatikan lagi regangan bajanya saat beban ultimate, apakah semua tulangan sudah leleh (cek yang lapis atas), jika yang atas sudah leleh maka yang bawah sudah pasti leleh.

Nah,.. selesai, mudahkan sob,...smile_teeth
Spreadsheet EBC ini intinya cuman copy-paste aja kok. Sobat tinggal copy output gaya dalam dari STAAD ke sheet “OUTPUT STAAD” program EBC, kemudian masukan rencana dimensi balok, setelah itu dengan sedikit edit dan copy-paste di sheet tulangan lentur, geser dan torsi, maka desain tulangan akan didapatkan.
Terus bagaimana untuk mendapatkan tulangan geser dan torsi ?
Tinggal Copy-Paste aja sob,… hehe. Langkahnya sama persis seperti langkah nomor 7

geser Tulangan geser

torsi output Tulangan torsi

EBC akan menghitung momen pikul yang harus ditahan oleh penampang, jika momen pikul yang harus ditahan penampang (K) lebih besar dari momen pikul maksimal yang sanggup ditahan oleh penampang (Kmaks), maka balok harus dihitung dengan tulangan rangkap atau penampang balok harus diperbesar,
EBC tidak akan menganalisa balok yang bertulangan rangkap, oleh karena itu sebaiknya penampang balok diperbesar saja. Namun seandainya jika sobat tidak ingin merubah penampang yang berarti balok harus diberi penulangan rangkap, maka sobat bisa menggunakan EBC2, dimana file dan materinya akan saya posting di edisi berikutnya.
Insya Alloh,…

VERIFIKASI
Tentunya hasil desain yang didapat tidak langsung serta merta dianggap valid dan bisa langsung diaplikasikan dilapangan, harus ada check ulang terhadap hasil desain sebagai bentuk“control” sebelum hasil desain tersebut benar-benar akan diaplikasikan. Nah,… sob, untuk keperluan itulah kita butuh adanya “sesuatu”
Apakah “sesuatu” tersebut?
Sesuatu tersebut adalah : “Verifikasi
Mengapa perlu verifikasi ?
karena dengan melakukan verifikasi berarti kita telah melakukan peninjauan kembali terhadap hasil yang didapat, sehingga dengan begitu akan lebih menjaga mutu atau kualitas desain dan bisa dipertanggungjawabkan.

Okey!, sekarang kita akan verifikasi kembali hasil desain yang didapat.
Kita ambil contoh pada balok nomor 2.
Dimensi balok : 20/30 
Panjang balok : 3.00 m
  • Check desain tulangan terpasang dan tinggi minimal penampang
dt1

Dari analisa yang dilakukan oleh EBC, didapat
d min                              : 146.562 mm = 14.65 cm
As perlu (tumpuan kiri)     : 146.618 mm2
As perlu (Lapangan )        : 168.399 mm2
As perlu (tumpuan kanan) : 146.618 mm2
As min                            : 223.563 mm2
Desain dari EBC, didapat :
As terpasang (tumpuankiri) : 265.465 mm2 ( 2 D 13) > As min = 223.53… (OK!)
As terpasang (lapangan)     : 265.465 mm2 ( 2 D 13) > As min = 223.53… (OK!)
As terpasang (tumpuankan) : 265.465 mm2 ( 2 D 13) > As min = 223.53… (OK!)
Verifikasi :
Dengan melihat as perlu yang lebih kecil dari as min serta tinggi minimal yang diperlukan oleh balok (dmin) = 14,65 cm (padahal balok kita tingginya = 30 cm), maka balok ini masih dimungkinkan untuk diperkecil lagi,  misalkan saja diganti dengan ukuran 20/25. (Tapi ini masih asumsi lho ya,… masih perlu ditinjau lagi secara ‘casepercase’)jika memang jadi dirubah, maka balok tersebut harus sobat cek dulu terhadap lendutan.
(Catatan : Perlu tidaknya balok dicek terhadap lendutan, monggo sobat lihat di SK-SNI)

  • Check kekuatan balok terhadap momen ultimate
dt2
Dari tabel bisa dilihat bahwa momen rencana balok lebih besar daripada momen ultimatenya (OK!)
Verfikasi : OK!

  • Check kondisi beton dan baja tulangan
dt3
Dari tabel bisa dilihat bahwa regangan beton masih jauh dari regangan maksimumnya = (0.0002 < 0.003) jadi beton masih aman, sedangkan baja tulangannya sudah melampaui regangan lelehnya = (0.0016 > 0.0231). Karena tulangan meleleh, maka balok akan melendut, dan ini yang diharapkan, yaitu adanya tanda sebelum kehancuran beton.
Jadi jangan khawatir sob,… seandainyapun beban diatas balok ini diperbesar, jauh-jauh sebelum balok ini mencapai regangan maksimalnya (akan runtuh), balok ini akan menunjukan perilaku daktail dengan membentuk lendutan yang membesar pada balok. Jadi setidak-tidaknya sobat punya ‘tanda pegangan’ untuk kabur sewaktu-waktu seandainya balok ini akan runtuh wkwkwk :D
Verfikasi : OK!

  • Check balok terhadap gaya geser
  dt4
Verifikasi : OK!

  •  Check balok terhadap Torsi
dt5
Verifikasi : OK!
Untuk yang lainnya,silahkan di verifikasi sendiri, ya,… mungkin ada item dari saya yang terlewat hehe :)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Okey sobat, sampai sini dulu pembahasan mengenai EBC ini, mohon maaf jika penjelasan yang diberikan terlalu singkat, karena jika penjelasan didetail secara per item maka uraian akan menjadi terlalu panjang, jadi monggo,… silahkan jika ada sobat yang ingin bertanya seputar spreadsheet ini. Jika ada pertanyaan dari sobat yang bisa saya jawab maka akan saya jawab, tapi jika tidak, maka akan saya jadikan PR (harap maklum, soalnya saya sendiri juga masih belajar ^_^).   
bagi yang ingin mendownload file EBC silahkan klik link dibawah ini
File : EBC.XLS
EBC boleh sobat edit dan dimodif sedemikian rupa untuk kemudahan. Jika ada kritik, saran atau koreksi seputar spreadsheet ini, dengan senang hati saya akan menerimanya.
Silahkan sobat sampaikan langsung via email atau blog
(Nb : saya sangat berharap koreksi dan masukan dari rekan2 semuanya ^_^)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Oh iya sobat,… berikut adalah beberapa proyek yang pernah saya kerjakan dengan menggunakan EBC, diantaranya adalah :

 Image 2 (Balai Pertemuan Gedung Barunawati – Surabaya)
Analisa Struktur dengan SAP 2000 – Design Tulangan Balok Dengan Spreadsheet EBC

PERSPEKTIF PENUH (Kantor Pelabuhan – Bagendang - Sampit)
Analisa Struktur dengan STAAD Pro – Design Tulangan Balok Dengan Spreadsheet EBC


Image 3 (Rumah tinggal 3 Lantai – Siwalankerto Indah - Surabaya)
Analisa Struktur dengan STAAD Pro – Design Tulangan Balok Dengan Spreadsheet EBC

TANYA JAWAB 

File sudah rohmat terima.
Rohmat akan mencoba apa yang ada dalam tutorial web Bpk, jika nanti ada kendala rohmat minta penjesalan dari Bpk.
Pa, jika ada bentang balok yg terpotong balok anak, apakah modul EBC ini bisa digunakan? krn nomor frame dalam 1 bentang akan menjadi 2 nomor / lebih. sedang kan 1 bentang normal hanya memiliki 1 nomor frame (terdiri tump kiri, lapangan dan tump kanan).
mohon penjelasannya atau punya modul EBC yang lebih untuk penyelesaian kasus yg kompleks tsb.
Terimakasih.

Tanggapan saya :

Tentu saja bisa, tapi dengan catatan, hasil desain dari EBC tersebut, khususnya untuk balok yang terpisah oleh balok anak tersebut harus diolah lagi.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar portal struktur dibawah ini :

clip_image001
(gb1. portal struktur beserta pembebanannya)

Struktur terdiri atas 4 portal dengan jarak masing-masing portal = 4m dan memiliki lebar bentang 9 m. Selain berat sendiri, struktur tersebut menahan beban hidup 250 kg/m2 dan beban dinding setinggi 4 m. Lihat gambar diatas.
Ukuran kolom portal = 40/40, Balok portal (induk) = 30/80, dan balok anak = 20/35. Dilapangan tersedia besi tulangan ulir diameter 16 mm dan besi polos diameter 8 mm.

Nah, Katakanlah saya akan menganalisa balok induk dari salah satu portal. Misalkan saja saya ambil balok induk bernomor frame 5, 26 dan 25, Lihat saya blok warnah merah. Balok induk ini terpotong oleh balok anak nomor 23,30 dan 24,32

clip_image002
(gb2. portal struktur)

Dari analisa STAAD didapat hasil gaya dalam (momen & geser) dari balok induk tersebut sebagai berikut :

clip_image003
(gb3. diagram momen)

clip_image004(gb4. diagram gaya geser)

clip_image005
(gb5. tabel gaya dalam setelah dicopy ke excel)

Data dari gaya dalam ini kemudian dicopy ke sheet “Output STAAD pada spreadsheet EBC, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

clip_image006
(gb6. tabel gaya dalam setelah dimasukan ke EBC)

Kemudian dilanjutkan dengan memasukan ukuran rencana balok pada sheet “Rencana Balok”

clip_image007
(gb7. input data balok)

Setelah data ukuran rencana balok dimasukan, maka hasil desain tulangan lentur, geser dan torsi dapat dilihat di sheet “desain tulangan lentur/geser/torsi”

clip_image008
(gb8. desain tulangan lentur)

clip_image009
(gb9. desain tulangan geser)

clip_image010
(gb10. desain tulangan torsi)

Nah, Mas Rohmat, hasil dari desain tulangan yang kita dapat dari spreadsheet EBC diatas ini masih mentah, atau dengan kata lain hasil desain tulangannya masih belum diolah dan dipilah-pilah berdasarkan posisi dari tulangannya masing-masing. Jadi mana hasil desain tulangan yang ditempatkan di tumpuan kiri, tumpuan kanan dan lapangan, masih belum diketahui, sehingga kita harus memilah kembali hasil desain tulangan dari EBC ini.
Okey, sekarang kita akan mengolah kembali hasil dari desain tulangan tersebut. Saya ambil contoh untuk desain dari tulangan lentur. Untuk itu mari kita perhatikan kembali diagram momen dari balok induk tersebut pada gambar dibawah ini.

clip_image011
(gb11. diagram momen balok)

Dari gambar diatas terlihat, balok tersebut tersusun atas 3 frame, yaitu frame 5, frame 25 dan frame 26, dimana panjang masing-masing dari frame tersebut berturut turut adalah 3m, 3m dan 3m, sehingga totalnya adalah 9 m.
Sekarang kita tinjau secara praktis pembagian daerah tulangannya, yaitu 1/4 bentang untuk daerah tumpuan kiri, 1/2 bentang untuk daerah lapangan, dan 1/4 bentang sisanya untuk daerah tumpuan kanan. Dari gambar bisa terlihat, frame 5 masuk dalam 1/4 bentang daerah tumpuan kiri, frame 26 masuk dalam daerah lapangan (tengah) dan frame 25 masuk dalam 1/4 bentang daerah tumpuan kanan.
Jika ditinjau dari posisi momen maksimal yang terjadi, momen tumpuan maks sebelah kiri terjadi pada x = 0 (berada di frame 5), momen lapangan maks terjadi pada tengah bentang atau pada posisi x = 1/2 (9m) = 4.5 m jika ditinjau dari keseluruhan bentang, atau x = 1/2 (3m) = 1.5m jika ditinjau dari panjang frame 26. Sedangkan momen tumpuan maks sebelah kanan terjadi pada x = 12 m jika ditinjau dari keseluruhan bentang , atau x = 3 m jika ditinjau dari panjang frame 25.
Dari analisa posisi ini, kita bisa memberikan tanda pada tabel EBC, letak posisi momen maksimal tumpuan ataupun lapangan dari balok tersebut sebagai bahan untuk mendesain tulangan lenturnya.
Untuk menandainya, saya biasanya memberikan warna khusus pada posisi dimana momen maksimal terjadi, sedangkan untuk baloknya itu sendiri, yaitu yang terpisah menjadi beberapa frame, saya beri kode tersendiri pada frame2 yang merangkai balok tersebut. Untuk jelasnya lihat gambar berikut :

clip_image012
(gb12. desain tulangan lentur – dipilah dengan warna kuning)

clip_image013 
(gb13. desain tulangan lentur – dipilah dengan warna kuning)

Nah, Mas Rohmat,  setelah diolah dan dipilah-pilah dengan warna, didapatkan desain untuk tulangan tumpuan kiri (tulangan atas) = 5D16, tumpuan kanan (tulangan atas) = 5D16 dan tulangan lapangan (tulangan bawah/tarik) = 9D16.
Jadi kalau saya gambarkan ke AutoCAD, kurang lebih potongan balok dan detail baloknya adalah sebagai berikut :

clip_image014
(gb14. potongan balok)

clip_image015
(gb15. detail balok)

Dari detail balok yang saya gambarkan diatas, mungkin Mas Rohmat bertanya, “kenapa kok ada tulangan samping 2D13, sedangkan di EBC, balok didesain tidak memerlukan tulangan torsi?”
Jawabannya, ada diperaturan SNI 03-2847, jadi monggo silahkan dibuka sendiri peraturannya hehe ^_^

clip_image016(gb16. syarat penulangan balok)

Nah, sekarang bagaimana untuk desain tulangan geser, dan tulangan torsinya?
Ya sama aja seperti desain tulangan lentur, juga harus diolah dan dipilah-pilah seperti desain tulangan lentur

clip_image017  (gb17. desain tulangan geser)

clip_image018   (gb18. desain tulangan torsi)

Catatan :
Pada dasarnya semua gaya dalam dari semua member/element yang dianalisa oleh STAAD bisa dimasukan semua ke EBC untuk dicari desain tulangannya, tapi yang jadi masalah adalah, jika ternyata member/element yang akan dianalisa itu jumlahnya sangat banyak sekali mencapai ratusan bahkan ribuan segmen, sehingga ngontrol dan ngecek nya pun juga menjadi banyak. ini jelas menjadi tidak efektif dari segi apapun, dari segi waktu juga terbuang banyak karena hanya berkutat di desain balok saja, dari segi view laporan juga terkesan "ruwet" padahal hanya sebatas desain balok saja, apalagi dari segi laporan, bisa dibayangkan banyaknya lembar output data yang harus diprint, bisa bikin habis kertas dan tinta printer hehehe...
Sebenarnya untuk desain struktur balok menggunakan program, tidak perlu dengan memasukan semua data gaya dalam ke spreadsheet EBC, tapi cukup dengan memasukan data gaya dalam dari member/element mana saja yang perlu untuk didesain, sebagai suatu contoh, jika struktur yang dianalisa memiliki geometri portal yang typikal seperti struktur Ruko pada umumnya, maka cukup diambil data gaya dalam dari member/elemen dari beberapa portal tertentu saja yang dianggap mewakili yang lainnya, sehingga nantinya tidak terlalu banyak type balok dikarenakan beda desain konfigurasi tulangannya.
Bukankah terlalu banyak type balok dengan berbagai macam konfigurasi tulangan, justru malah tidak efektif untuk pelaksanaan dilapangan, iya khan? ^_^
link : kampustekniksipil.blogspot.com