Repost: http://purbolaras.wordpress.com
Tunggu dulu biar puas loading-nya…
Nanti akan keluar seperti yang berikut ini :
Tunggu dulu biar puas loading-nya…
Nanti akan keluar seperti yang berikut ini :
Pada halaman ini pernah diulas mengenai peta hazard gempa (2010). Nah… kalau yang ini adalah untuk membantu perhitungan data grafik spektrum respons menurut SNI Gempa kita yang terbaru (masih draft…) resmi dari Puskim. Data grafik faktor-faktor koefisien dalam peta hazard tersebut juga bisa dilihat pada tab-tab yang ada di bagian atas (Peta MCEG, Peta MCER, dst.).
Dalam SNI Gempa 2002, grafik spektrum respons tinggal dilihat yang tercantum di peraturan terkait, disesuaikan dengan Wilayah Gempa dan jenis tanahnya. Misal kota Yogyakarta kalau dilihat terletak di Wilayah 3, jadi dapat grafik seperti ini :
Ingat, itu grafik yang 2002 lho…
Secara umum dalam peraturan baru nanti proses garis besarnya masih
sama, namun zonasi gempanya sudah lebih detail (halus) dibandingkan
peraturan 2002, plus ada lebih banyak faktor yang akan terlibat dalam
perhitungan. Oleh karena itu, tiap kota atau tempat di Indonesia akan
memiliki grafik spektrum respons masing-masing, tidak hanya terbatas
pada 6 Wilayah Gempa seperti sebelumnya. Misalnya, untuk kota Yogyakarta
wilayah Sleman (utara) dan Bantul (selatan) nilai percepatan puncaknya
akan menghasilkan nilai berbeda, sedangkan menurut peraturan lama
nilainya akan sama karena terletak di Wilayah Gempa yang sama pula.
Lebih akurat, tapi lebih pusing juga, kan… Intinya, untuk menyederhanakan (membantu) perhitungan maka itulah fungsi utama dari program online ini.
Oke, sekarang mari kita coba pakai
programnya. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa masing-masing kota atau
tempat akan memiliki grafik spektrum responsnya sendiri, tergantung
lokasinya. Kalau dilihat di sebelah kiri atas, di bawah kotak judul Desain Spektra Indonesia, tercantum keterangan Jenis Input.
Jadi, tempat yang akan dihitung grafik spektrum responsnya bisa
dimasukkan berdasar koordinat (lintang dan bujur) atau nama kota atau
tempat yang bersangkutan.
Kita coba masukkan berdasar nama kota saja dulu supaya mudah. Klik saja pilihannya lalu pilih Nama Kota, dan ketik nama kota dimaksud. Setelah itu, klik tombol Hitung.
Pada peta Google di samping akan otomatis menuju (terlihat) posisi tempat kotanya dan muncul kotak keterangan. Klik Lihat Hasil lalu akan ditampilkan pop-up yang memuat tabel hasil perhitungan dan grafiknya.
Di sebelah kanan tertampil grafik spektrum respons untuk tanah keras,
sedang, lunak, dan batuan. Tampilan bisa disesuaikan untuk semua atau jenis tanah tertentu saja, termasuk rentang waktu, lewat pilihan di bagian kanan atas. Sedangkan pada bagian kiri, tercantum dua buah tabel. Tabel sebelah atas mencantumkan data faktor-faktor koefisien, sedangkan tabel bawah adalah data koordinat untuk grafik spektrum respons (pasangan nilai waktu dalam detikdan koesifien percepatan dalam g). Kedua tabel tersebut juga bisa disesuaikan tampilannya untuk tiap jenis tanah atau batuan.
Untuk tabel tersebut, data yang ada juga bisa disalin dalam bentuk lain, misal ke format Excel. Tinggal klik saja tombol Excel di bagian atas tabel, lalu pilih nama dan lokasi penyimpanan. Mungkin ada baiknya juga di belakang nama file diberikan sekalian ekstensinya (.xls atau .xlsx).
Cuma sayangnya nilai waktu (T0 dan TS)
untuk tabel koordinat grafik (bawah) masih dalam bentuk notasi, belum
disesuaikan dengan hasil perhitungannya (tabel atas), jadi perlu
ditambahkan atau diganti sendiri semisal akan diolah lebih lanjut.
Selain itu data grafiknya tidak bisa di-save secara langsung, mesti dengan capture manual misal lewat print screen atau bantuan program screen capture.
Mudah-mudahan bisa dikembangkan lagi. Tapi lumayanlah setidaknya
perhitungan bisa menjadi jauh lebih ringkas dan sangat menghemat waktu.
Jika memerlukan data untuk input response spectrum function di SAP2000 misalnya, tinggal pakai saja hasil data dari tabel koordinat grafiknya.
Nah, sekarang coba utak-atik lebih
lanjut. Misalnya pada contoh di atas adalah data untuk kota Yogyakarta,
maka jika dilihat lebih detail koordinat lintang dan bujur ada di
wilayah sekitar Kraton (pusat kota). Mari coba lihat untuk data tempat
lain namun masih di wilayah Yogyakarta. Ambil contoh di lokasi sekitar
bandara Adisucipto. Untuk melihat data suatu lokasi, saat input jenis
data pilih Koordinat (sebelah kiri atas) dalam tampilan peta sebelumnya. Setelah itu bisa geser dan zoom
pada peta untuk menuju suatu lokasi tertentu. Klik saja pada lokasi
yang dikehendaki, maka di bagian kiri akan otomatis tertera koordinat
Lintang dan Bujur tempat yang bersangkutan. Selanjutnya klik tombol Hitung dan Lihat Hasil.
Misal kita lihat data untuk jenis tanah lunak.
Nilai percepatan tanah puncak adalah 0,788g.
Sekarang kita coba lihat lokasi di sebelah selatan, tepatnya sekitar
daerah Bantul yang terkena dampak paling parah pada gempa tahun
pertengahan 2006 silam. Data dilihat jenis tanah yang sama (tanah
lunak).
Nilai percepatan puncaknya sebesar 0,929g, lebih besar daripada di lokasi airport
. Berikutnya untuk lokasi di utara, misal daerah Kaliurang, yang dulu
juga sempat heboh akibat erupsi gunung Merapi akhir tahun 2010, untuk
jenis tanah lunak juga.
Tertera nilai percepatan puncak 0,609g. jadi nilai terbesar
ada di wilayah selatan. Harap diingat, ini hanya sekadar untuk contoh
saja, karena jenis tanah sebenarnya di lokasi tersebut bisa saja
berbeda. Misal untuk daerah utara jenis tanahnya bisa lebih keras atau
padat daripada di belahan selatan atau lainnya, sehingga nilai
perbandingan percepatan mungkin sebenarnya tidak seperti selinier yang
tersebut di atas. Dari contoh tersebut terlihat bahwa untuk tiap lokasi
memang memiliki grafik spektrum responsnya masing-masing, walaupun masih
dalam satu kota/wilayah yang sama.