Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).
Berikut adalah Rangkuman dari DESAIN dan METODE KONSTRUKSI Jembatan Suramadu yang diunduh dari Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.
DESAIN
Lokasi casting yard berada di Marina Shipyard, Desa Sidorukun, Gresik, dengan luasan sekitar 30.000m2
berada pada tepi laut dengan kedalaman yang mencukupi sehingga
memudahkan loading/unloading material dari laut. Jarak dari casting yard
ke lokasi proyek bentang tengah sekitar 12 km, yang dapat ditempuh sekitar 45-60 menit dengan speed boat.
---Causeway---
Terdiri dari 36 bentang untuk sisi Surabaya dan 45 bentang sisi Madura dengan panjang masing-masing 40 meter. Konstruksi bangunan diatas menggunakan PCI Girder. Sedangkan untuk bagian bawah menggunakan pondasi pipa baja berdiameter 60 cm dengan panjang rata-rata 25 meter untuk sisi surabaya dan 27 meter untuk sisi Madura.
---Main Bridge---
Konstruksinya
terdiri dari pondasi bored pile 2,4 meter dengan panjang sekitar 80
meter, 2 Pylon kembar dengan ketinggian 140 meter dan lantai komposit
double plane yang ditopang oleh cable stayed dengan bentang 192 m + 434 m
+ 192 m. Ketinggian vertical bebas untuk navigasi bentang utama adalah
35 meter.
Pembagian Lajur Jalan
Lebar Jembatan = 2 x 15.0 m Lajur kendaraan = 2 x 2 x 3.50 m
Lajur lambat (darurat) = 2 x 2.75 m
Kelandaian maksimum = 3%
Lajur kendaraan
* Kendaraan roda 4 terdiri dari 4 lajur cepat dan 2 lajur darurat * Kendaraan roda 2 terdiri dari 2 lajur
Detail Pylon
Konstruksi
Pylon bentang utama setinggi 146 meter, dengan menggunakan borepile
berdiameter 2,4 meter dengan kedalaman 71 meter, Ketinggian vertikal
bebas (untuk navigasi) bentang utama adalah 35 meter dari permukaan laut
---Approach Bridge---
Untuk bangunan atas menggunakan beton Presstressed Box Girder dengan bentang 80 meter sebanyak 7 bentang, baik untuk sisi Surabaya maupun sisi Madura. Sedangkan struktur bawah terdiri dari pondasi bored pile berdiameter 180 cm dengan panjang 60-90 meter.
Membangun
Aktivitas di Tengah Laut Metode Konstruksi Bentang Tengah, proses
paling rumit dan kompleks. Sebuah aktivitas di tengah laut yang butuh
kejelian dengan tetap memperhatikan keselamatan kerja.
Metode
konstruksi merupakan suatu tahapan pelaksanaan pekerjaan pada proses
konstruksi. Di Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu terdapat dua metode
konstruksi. Metode konstruksi cable stayed dan metode konstruksi approach bridge.
---Concreate Box Girder---
Sesuai
untuk kebutuhan bentang panjang, maka dipilihlah metode balance
cantilever. Metode ini cocok dilakukan untuk pekerjaan di laut dengan
bentang 120 meter. Metode pengecoran box girder adalah menggunakan form traveller, yang terdiri dari sistem trust stimuler utama, sistem bottom basket, sistem suspensi, sistem form work, sistem anchoring dan sistem gerak.
Sistem form work terdiri dari side formwork, inner form work dan diafragma formwork. Formwork
siap digunakan setelah seluruh kegiatan perangkaian selesai. Proses
semifinish rebar dilakukan di stockyard dan proses finalisasi rebar
dilakukan di lokasi pekerjaan. Penempatan rebar dilakukan beriringan
langkah demi langkah dengan proses formwork dan pengecoran. Proses
penempatan rebar dilakukan setelah formwork terpasang.
Pengecoran
segmental box girder yang akan digunakan adalah pengecoran cast insitu.
Pengecoran rebar dilakukan setelah rebar dan duct terpasang dengan
baik. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump dengan
bantuan pipa.
Pekerjaan stressing adalah pekerjaan yang sangat penting untuk pekerjaan bentang panjang yang kontinyu.
---V-Pier (Tumpuan Cantilever Approach Bridge & Cable Stay)---
Pada
review desain Pier 42 dan Pier 45 berbentuk V, V - Pier merupakan rigid
frame dan mempunyai panjang deck longitudinal sepanjang 32 m. V - pier
digunakan sebagai tumpuan balance cantilever approach bridge dan cable
stay Main Span, karena itu pekerjaan V - Pier menjadi pekerjaan yang
krusial..
---Pier Table---
Tahap - tahap pekerjaan pier table adalah pemasangan concrete box
bagian bawah rencana Pier table pemasangan horisontal IWF suport dan
vertikal IWF support pemasangan side formwork, inner formwork dan bottom
formwork.
Side formwork akan didukung steel
trust sedangkan inner formwork akan didukung oleh portal bracing.
Formwork frame dibentuk dari berbagai kombinasi bentuk baja dan plat.
Pekerjaan pemotongan dan pembengkokan rebar akan dilakukan di stock yard
sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Proses finalisasi
perakitan dilakukan dilokasi pekerjaan. Pengecoran pier table dilakukan
dalam dua kali pengecoran, bottom slab dan sebagian web akan dicor
terlebih dahulu sedangkan top slab dan sebagian web sisanya akan dicor
pada pengecoran ke dua.
Pekerjaan stressing vertikal akan dilakukan setelah pekerjaan pier table memenuhi kekuatan yang dipersyaratkan.
---Pier Cap & Pier Work---
Seluruh
persiapan untuk pekerjaan form work dilakukan di stock yard, balok IWF
steel plat dan balok kayu dipindahkan dari stock yard ke ponton material
pembuatan form work untuk pile cap diangkut dari dermaga Gresik menuju
lokasi pile cap dengan menggunakan ponton form work ponton. Seluruh
bahan penyusun beton dibawa menuju ke ponton baching plan.
Tahap - tahap pekerjaan pembuatan form work pile cap adalah :
- Pemasangan steel plat yg diklem yg digunakan sebagai dudukan steel support. Pemasangan balok penyangga searah longitudinal balok jembatan dan balok penyangga arah transversal jembatan sebagai penerus beban dari balok penyangga dengan baja IWF.
- Pemasangan balok bottom formwork dan multiplek. skirting panel dipersiapkan selain sebagai bagian dari pile cap juga digunakan sebagai side form work.
- Skirting panel merupakan segmental precast concrete. pemasangan rebar dilakukan setelah proses instalasi botom dan side form work selesai perangkaian rebar dari semi finis menjadi fix di lokasi pekerjaan pile cap.
- Rebar pertama dipasang untuk pengecoran beton pertama setinggi 0.5 meter.
Setelah
beton cukup kuat pemasangan rebar dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Penulangan beton pertama setinggi 0.5 meter, dilakukan setelah bottom
form work, side form work dan rebar terpasang. Beton setinggi 0.5 meter
selain digunakan sebagai penahan untuk tahap pengecoran selanjutnya
juga, digunakan sebagai tumpuan pemasangan skirting panel.
Metode
pengecoran beton yang digunakan adalah dengan menggunakan pipa. Saat
pengecoran, beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 150
cm. Pemasangan climbing form dimulai dari pemasangan bottom formwork
dilanjutkan side formwork pada keempat sisi.
Setelah
beton mencapai kekuatan yang dipersyaratkan climbing form dapat
dipindahkan ke segment selanjutnya. pekerjaan ter-sebut diulang sampai
pada tinggi pier yg ditentukan. Penempatan rebar dilakukan beriringan
langkah demi langkah dengan proses form work dan pengecoran setelah form
work terpasang. Pekerjaan tahap pertama rebar dilanjutkan dengan
pekerjaan pengecoran. Begitu seterusnya hingga ketinggian yang
ditentukan. Pengecoran beton untuk pier dilakukan dalam beberapa tahap
tergantung pada ketinggian pier.
Tinggi
pengecoran maksimum dengan menggunakan climbing form adalah 4 meter.
Pengecoran pertama dilakukan setinggi 50 cm. pengecoran selanjutnya
dilakukan dengan tinggi yang bervariasi begitu seterusnya sampai pada
ketinggian yang ditentukan.
---Urutan Pekerjaan Bore Pile---
METODE KONSTRUKSI APPROACH BRIDGE
Pondasi Bored Pile
Untuk
mengurangi pekerjaan di laut beberapa persiapan seperti perakitan
rebar, dilakukan di stock yard. Penyiapan bahan baku untuk beton dan
casing pipa dilakukan di stock yard Gresik sedangkan untuk semen SBC
dilakukan di dermaga Gresik. Peralatan bor dipersiapkan di atas ponton
yang meliputi peralatan driving casing dan drilling.
Tahap-tahap pekerjaan yang dilakukan pada saat driving casing adalah:
- Pemasangan jacking ponton pada saat tiba dilokasi pengeboran agar tidak terjadi pergerakan pada saat dilakukan pengeboran dan pemancangan.
- Pengeboran casing pipa berdiameter 2250 mm dengan tebal minimum 20 mm, digunakan bore pile berdiameter 2200 mm dengan tujuan memberi ruang dan toleransi bagi mesin bor pada waktu pekerjaan pengeboran.
- Pemasangan vibratory hamer di atas pipa, dilakukan pada saat casing pipa sudah berada di posisinya.
- Pemasangan casing pipa sampai pada kedalaman kurang lebih 30 meter.
Pekerjaan
pengeboran dengan methode RCD (Reserved Circular Drill), dilakukan
setelah pemancangan casing pipa selesai. Mesin bor diletakkan di atas
casing terpasang. Pekerjaan pengeboran dilakukan sampai pada kedalaman
kurang lebih 45 meter dari permukaan pile. Persyaratan toleransi yang
ditentukan yaitu 20 mm per meter panjang bangbor yang tidak tertutup
casing Diameter Lubang dalam segala arah tidak boleh melebihi 5 persen
dari diameter yang ditentukan. Lumpur hasil pengeboran diletakkan di
disposal ponton dan dibuang di tempat yang sudah ditentukan sejauh 5 km
dari lokasi pekerjaan.
Persiapan untuk proses
pengecoran dimulai dari pengangkutan raw material dari stock yard menuju
ke dermaga dengan menggunakan dump truck. Raw material dan semen SBC
akan diangkut dengan menggunakan feeder ponton menuju lokasi pengeboran.
Pemasangan rebar dilakukan setelah lubang bor dibersihkan. Penyambungan
antar segmen dilakukan dengan menggunakan mekanikal kopler.
Untuk
pembentukan suatu gaya tulangan yang utuh jumlah sambungan pada satu
potongan yang sama tidak boleh lebih dari setengah jumlah rebar yang
terpasang. Metode yang digunakan untuk pengecoran dibawah air adalah
dengan menggunakan Tremix Pipe. Beton harus mempunyai kekuatan yang
cukup dan nilai slump dijaga pada 18-22 cm. Beton yang digunakan pada
pekerjaan bore pile ini adalah beton k-300.
METODE KONSTRUKSI CABLE STAYED
Pelaksanaan Pekerjaan Platform
Platform
merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi sebagai tempat
untuk menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti tiang
pancang serta sebagai tempat bagi berbagai aktivitas di tengah laut
selama kegiatan konstruksi berlangsung.
Pelaksanaan Pekerjaan Bore Pile
- Pemasangan Casing Baja.
- Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.
- Pemasangan tulangan Pengecoran lubang bored pile dengan beton.
- Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform yang menumpu ke steel casing di bongkar.
- Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian dipasang.
- Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke pile cap Pemasangan tulangan pile cap.
- Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis.
- Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.
- Instalasi elevator pada pylon.
- Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.
- Konstruksi lengah pylon di tengah.
- Konstruksi balok pengikat tengah.
- Konstruksi lengan atas pylon.
- Konstruksi balok pengikat atas.
Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
- Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.
- Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge, hubungan antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.
- Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat segmen berikutnya.
- Pemasangan girder baja dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan penenganan kabel.
- Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.
- Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar sementara di dekat pilar V.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PLAT LANTAI
Pekerjaan plat lantai jembatan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
tahap persiapan, pembesian lantai, dan pengecoran plat lantai. Pekerjaan
persipan dimulai dari penyiapan material besi di stockyard untuk
selanjutnya potongan besi dibawa ke lokasi pembesian dengan menggunakan
truk.Besi yang sudah difabrikasi di gudang diletakkan atau ditata berdasarkan tipe yang ada pada . Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pemasangan tulangan. Untuk menghindari adanya karat akibat angin dan air laut, besi ditutup dengan menggunakan terpal. Selain itu disiapkan scupper juga dan pipa PVC. Untuk mengetahui posisi dan elevasi pembesian, dilakukan pengukuran, dengan menggunakan teodolit dan waterpass. Yang pertama dipasang adalah tulangan dalam arah lebar jembatan kemudian dalam arah memanjang.
Selanjutnya adalah pembesian pembatas jembatan pada bagian tepi. Sebagai proses terakhir pembesian dilakukan pemasangan dudukan untuk kanal dan baja WF yang berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran dan menghindarkan terinjaknya tulangan pada saat pengecoran.
Persiapan terakhir sebelum dilakukan pengecoran adalah pembersihan lokasi pembesian dari kotoran berupa sisa-sisa kawat bendrat maupun kotoran lain yang dapat mengganggu pada saat pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton K -350 yang dilaksanakan dalam satu tahap. Setelah pengecoran selesai dilakukan, beton tersebut kemudian dirawat curring dengan menggunakan curring compound yang bertujuan untuk menghindarkan terjadi keretakan (cracked) . Metode dengan karung basah juga dilaksanakan curing sampai dengan umur beton 28 hari.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DIAFRAGMA & DECK SLAB
Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan antara PCI Girder sehingga
akan memberikan kestabilan pada masing PCI Girder dalam arah
horisontal. Sistem difragma yang digunakan pada causeway Jembatan
Suramadu adalah sistem pracetak. Pengikatan tersebut dilakukan dalam
bentuk pemberian stressing pada diafragma dan PCI Girder sehingga dapat
bekerja sebagai satu kesatuan. Deck slab merupakan elemen non-struktural
yang berfungsi sebagai lantai kerja dan bekisting bagi plat lantai
jembatan. Deck slab tersebut dibuat dari beton dengan mutu K-350.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PCI GIRDER
Penggunaan Balok PCI Girder
Struktur
atas causeway Proyek Jembatan Suramadu menggunakan balok PCI Girder
berkekuatan beton K-500, dengan panjang 40 meter, yang terbagi menjadi 7
segmen. Pembagian ini mengingat kondisi lapangan yang tidak
memungkinkan, untuk memindahkan balok PCI Girder tersebut secara utuh
--sesuai panjang bentang--, dari lokasi pembuatan (pabrik) ke lokasi
pemasangan. Selanjutnya dilakukan post tension dengan menggabungkan
beberapa segmen balok untuk kemudian disatukan dengan
menggunakan perekat dan ditegangkan (stressing).
menggunakan perekat dan ditegangkan (stressing).
Stressing Girder
Hal
penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder ini adalah
elevasi stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar
mungkin agar tidak menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah
lateral. Setelah itu ketujuh segmen balok girder yang telah menjadi satu
kesatuan, dijajarkan sesuai bagiannya. Sebelumnya dipersiapkan terlebih
dahulu perletakan sementara untuk masing-masing segmen. Di bagian ujung
pertemuan harus diberi oli atau pelumas agar balok dapat bergerak
mengimbangi gaya pratekan yang diberikan.
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
ERECTION GIRDER
Metode
pelaksanaan pemasangan PCI Girder untuk sisi Surabaya dan Madura
memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi
setempat. Di sisi Madura, kedalaman laut relatif dalam dan tidak
terpengaruh adanya pasang-surut air laut. Sedangkan di sisi Surabaya,
kondisi laut cukup dangkal dan sangat terpengaruh pasang-surut. Hal ini
menyebabkan sistem yang digunakan berbeda. Di sisi Surabaya digunakan
metode 'kura-kura' atau roller , sedangkan di sisi Madura Menggunakan
crane.
Metode pelaksanaan pemasangan PCI Girder untuk sisi Surabaya dan Madura
memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi
setempat. Di sisi Madura, kedalaman laut relatif dalam dan tidak
terpengaruh adanya pasang-surut air laut. Sedangkan di sisi Surabaya,
kondisi laut cukup dangkal dan sangat terpengaruh pasang-surut. Hal ini
menyebabkan sistem yang digunakan berbeda. Di sisi Surabaya digunakan
metode 'kura-kura' atau roller , sedangkan di sisi Madura Menggunakan
crane.Panjang PCI Girder setelah terangkai adalah 40 meter, dengan tinggi 2,1 meter, dan berat 80 ton. PCI Girder tersebut didesain untuk hanya menerima beban vertikal dan tidak untuk menerima beban horisontal. Hal ini menyebabkan proses pengangkutan PCI Girder tersebut dari lokasi penyimpanan (stockyard) sampai ke lokasi pemasangan harus dibuat sedatar dan selurus mungkin. Ini untuk menghindarkan terjadinya gaya horisontal akibat gerakan truk yang berlebihan yang dapat menyebabkan balok girder patah.
Tahapan pemindahan girder dimulai dengan pengangkatan menggunakan dua crane dan diletakkan pada boogy . Girder tersebut kemudian diangkut dengan boogy ke masingmasing pier. Proses selanjutnya adalah pemindahan dari boogy ke pile cap yang dilaksanakan dengan metode yang berbeda antara sisi Surabaya dan sisi Madura.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ABUTMENT & PIER HEAD
Pelaksanaan Pembuatan Dilakukan Bertahap
Dimensi Pile Cap
- Dimensi Atas: Dimensi bawah
- Panjang : 32 Panjang : 30 m
- Lebar : 2 m Lebar : 4 m
- Tinggi : 1.05 m Tinggi : 1.5 m
Setelah bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi pemasangan/ pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan pilar bagian bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan terpasang, tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran.
Beton dengan K-350 dibuat berdasarkan hasil test pencampuran/ trial mix. Untuk setiap truk mixer beton yang berasal dari batching plant, dilakukan uji slump beton. Slump yang dipersyaratkan adalah t ± 8-12 cm.
Truk mixer kemudian membawa beton ke lokasi proyek untuk dituangkan ke concrete pump. Sebelum dituang, dilakukan pengambilan benda uji sebanyak 48 buah untuk tiap pile cap serta pengujian slump ulang. Dengan bantuan concrete pump, beton tersebut dituangkan ke dalam pile cap lapis demi lapis sambil dipadatkan. Tebal tiap lapisan ± 30 cm. Setelah itu dilaksanakan pekerjaan finishing pada permukaan beton
Hal
penting yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan pengecoran beton
dengan massa besar (mass concrete)adalah perbedaan suhu. Agar didapat
suhu beton merata tanpa terjadi perbedaan yang besar dilakukan perawatan
atau curing beton dengan karung basah selama 14 hari.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TIANG PANCANGTahap Awal Dan Pemancangan Selanjutnya
Pondasi
yang digunakan untuk causeway adalah tiang pancang baja dengan diameter
600 mm dengan spesifkasi sesuai dengan ASTM A252 Grade 2. Panjang
masing-masing pipa 12 m, dengan kedalaman pemancangan rata-rata untuk
Sisi Surabaya sekitar 25 m dan sisi Madura 33 m.
Pelaksanaan pekerjaan tiang pancang ini meliputi pekerjaan pemancangan, pengisian pasir, pengisian beton tanpa tulangan dan pengisian beton dengan tulangan. Kedalaman dari masing-masing pengisian ini didasarkan atas kondisi daya dukung tanah dan penggerusan tanah (scouring).
Saat pelaksanaan 2003-2004, pemancangan di tahap awal dilakukan dengan memanfaatkan jalan kerja yang dibuat dengan menimbun, yaitu di Abutment (A0), Pilar 1-5 untuk sisi Surabaya. Sementara di sisi Madura di Abutment (A102), dan Pilar 101 sampai dengan pilar 96. Untuk pilar selanjutnya pekerjaan pemancangan dilaksanakan dengan menggunakan ponton pancang.
PersiapanPelaksanaan pekerjaan tiang pancang ini meliputi pekerjaan pemancangan, pengisian pasir, pengisian beton tanpa tulangan dan pengisian beton dengan tulangan. Kedalaman dari masing-masing pengisian ini didasarkan atas kondisi daya dukung tanah dan penggerusan tanah (scouring).
Saat pelaksanaan 2003-2004, pemancangan di tahap awal dilakukan dengan memanfaatkan jalan kerja yang dibuat dengan menimbun, yaitu di Abutment (A0), Pilar 1-5 untuk sisi Surabaya. Sementara di sisi Madura di Abutment (A102), dan Pilar 101 sampai dengan pilar 96. Untuk pilar selanjutnya pekerjaan pemancangan dilaksanakan dengan menggunakan ponton pancang.
Hal penting yang harus diperhatikan adalah monitoring stok tiang
pancang pipa baja yang sudah di-coating, sesuai kebutuhan untuk menjaga
kontinuitas pekerjaan pemancangan. Selanjutnya adalah pemindahan stok
pipa ke tepi pantai sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang digunakan
untuk pemindahan ini adalah crane service 25 ton dan truk trailer.
harus
sudah dipersiapkan di posisi yang telah ditentukan. Kemudian crane
ditempatkan di titik yang ditentukan dan dikontrol dengan teropong
teodolit.
Metode Pelaksanaan Pemancangan
Ponton
service ditarik boat mendekati stok tiang pancang yang telah
diposisikan di dekat pantai. Dengan bantuan crane, tiang pancang
diletakkan di atas ponton service untuk dibawa menuju ponton pancang.
Tahapan selanjutnya adalah pengukuran posisi dengan mengunakan teodolit (lihat penjelasan metoda pengukuran). Lalu mengarahkan leader crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong yang telah disetting dengan komando
dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan posisi yang diinginkan, maka tiang pancang sudah siap untuk dipancang.
Untuk tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka dibuat perbandingan dengan menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Apabila sudah tepat maka tiang pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk dipancang.
Pelaksanaan pemancangan disesuaikan dengan nomor urut dengan pengondisian ponton, alat ukur, dan crane pancang. Dan setelah dilakukan kalendering (10 pukulan terakhir maksimal sebesar 2,5 cm) maka pemancangan dihentikan.
Selanjutnya tiang pancang yang elevasinya tidak sama dipotong dengan menggunakan alat las, setelah terlebih dahulu diukur dengan menggunakan teodolit.
Tahapan selanjutnya adalah pengukuran posisi dengan mengunakan teodolit (lihat penjelasan metoda pengukuran). Lalu mengarahkan leader crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong yang telah disetting dengan komando
dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan posisi yang diinginkan, maka tiang pancang sudah siap untuk dipancang.
Untuk tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka dibuat perbandingan dengan menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Apabila sudah tepat maka tiang pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk dipancang.
Pelaksanaan pemancangan disesuaikan dengan nomor urut dengan pengondisian ponton, alat ukur, dan crane pancang. Dan setelah dilakukan kalendering (10 pukulan terakhir maksimal sebesar 2,5 cm) maka pemancangan dihentikan.
Selanjutnya tiang pancang yang elevasinya tidak sama dipotong dengan menggunakan alat las, setelah terlebih dahulu diukur dengan menggunakan teodolit.
Pengisian Pasir
Pengisian pasir dilakukan dengan menggunakan ponton 120 ft, yang mampu
menampung pasir 200 m3 sesuai dengan kebutuhan satu pile cap serta
excavator PC 200 dengan kapasitas ± 67 m3/ jam. Dump truck mengambil pasir pada stok area dengan bantuan excavator. Selanjutnya dump truck yang telah berisi pasir menuju dermaga dan menuangkan pasir. Diatas pontoon diposisikan sebuah excavator untuk memindahkan pasir dari dermaga ke ponton.
Untuk pengisian pasir dipasang tremi di ujung tiang pancang, dan excavator mengisi pasir ke dalam tiang pancang dengan bantuan tremi.
Selanjutnya dilakukan
pengukuran kedalaman tiang pancang dengan menggunakan tali yang ujungnya
diberi pemberat dan diukur dengan meteran, agar bisa mencapai kedalaman
rencana dari pasir pada tiang pancang.
Pengisian Beton
Besi
isian pancang dipersiapkan di stockyard. Stok besi diangkut dengan truk
menggunakan bantuan crane menuju dermaga dan dinaikkan ke atas ponton.
Besi isian dimasukan ke tiang pancang dengan bantuan crane. Untuk
mengantisipasi agar tulangan besi tersebut tidak jatuh, maka pada ujung
tulangan dimasuki besi melintang yang panjangnya lebih dari diameter
pipa pancang.
Selanjutnya truk mixer dari batching plan menuju ke pompa pengecoran
(concrete pump). Pengecoran dilakukan dengan concrete pump yang
dilengkapi dengan belalai untuk memasukkan beton ke tiang pancang.
Metode penentuan posisii (stake out) Tiang Pancang di Laut
Secara prinsip Metoda Perpotongan Kemuka yang digunakan untuk Sisi Surabaya dan Sisi Madura diuraikan sebagai berikut:
Titik-titik tempat alat ukur digeser ke kiri atau ke kanan dari as BM sejauh setengah diameter pipa pancang (300 mm), disesuaikan dengan posisi tepi tiang pancang yang akan dibidik. Untuk memudahkan pelaksanaan, bagian tiang pancang yang di-stake-out atau dibidik adalah tepi tiang pancang, bukan bagian tengahnya.
Tahapan pelaksanaan pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut:
Titik-titik tempat alat ukur digeser ke kiri atau ke kanan dari as BM sejauh setengah diameter pipa pancang (300 mm), disesuaikan dengan posisi tepi tiang pancang yang akan dibidik. Untuk memudahkan pelaksanaan, bagian tiang pancang yang di-stake-out atau dibidik adalah tepi tiang pancang, bukan bagian tengahnya.
Tahapan pelaksanaan pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut:
- Alat ukur teodolit-1 dan teodolit-2 didirikan di titik-titik BM yang telah direncanakan (menggeser ke kiri ke kanan dari as BM), dengan posisi kedudukan teropong mendatar (90°).
- Bacaan sudut vertikal teodolit-1 dan teodolit-2 diset pada elevasi 2,50 meter dengan melalui perhitungan pengesetan sudut vertikal.
- Bacaan sudut horizontal teodolit-1 dengan acuan arah centerline jembatan diset sebesar b = 03º 59' 42" mengarah ke garis singgung tepi tiang pancang.
- Bacaan sudut horizontal teodolit-2 dengan acuan terhadap arah centerline jembatan diset sebesar b = 273º 59' 42", mengarah ke garis singgung tepi tiang pancang. Settingsinggung tepi tiang pancang. Setting sudut a dan b untuk masing-masing titik pancang (1-36) dibuatkan dalam bentuk tabel sesuai koordinat titik-titik rencana.
- Mengarahkan ladder crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong teodolit-1 dan teodolit-2. Kemudian singgungkan tepi tiang pancang (seperti gambar ilustrasi) dengan komando dari surveyor. Apabila tepi kiri dan tepi kanan sudah tepat bersinggungan, maka tiang pancang tersebut sudah berada di posisi yang tepat dan siap pancang. Cara tersebut digunakan untuk tiang pancang tegak
- Untuk tiang pancang miring dengan perbandingan sudut 1:10, ladder crane pancang diset membentuk sudut 1:10 dengan menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Tiang pancang kemudian diarahkan ke arah bidikkan teropong teodolit-1 dan teodolit-2 dan disinggungkan ke tepi kiri dan tepi kanannya hingga tepat. Apabila sudah tepat, maka tiang pancang tersebut diturunkan sesuai kemiringan dan siap untuk dipancang. Secara prinsip dari 2 (dua) setting sudut horizontal saja sudah cukup memadai untuk penentuan posisi secara tepat, sedang setting sudut horizontal yang ketiga, keempat dan seterusnya hanya berfungsi sebagai control/ checking, apakah 2 (dua) setting suduthorizontal yang kita lakukan sudah benar atau tidak.
- Dalam pelaksanaan penentuan titik-titik pancang tersebut, perlu adanya alat komunikasi, guna koordinasi antara tim pengukur (surveyor) dengan tim pancang, serta operator crane. Penentuan titik-titik BM yang dipakai untuk referensi posisi alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan maksud memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang. Metoda perpotongan kemuka yang dipilih untuk penentuan posisi titik-titik pancang Jembatan Suramadu, secara teknis memenuhi persyaratan dan tidak terlalu sulit dilaksanakan.
No comments:
Post a Comment