Repost:http://wiryanto.wordpress.com
Pekerjaan pemetaan pada lokasi sebelum alat-alat proyek didirikan.
Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek.
Oleh karena itu yang penting adalah dilakukan pemetaan terlebih dahulu.
Ini adalah gunanya ilmu ukur tanah. Umumnya yang ngerjain adalah alumni
stm geodesi. Proses ini sebaiknya sebelum alat-alat proyek masuk,
karena kalau sesudahnya wah susah itu untuk ‘nembak’-nya. Dari pemetaan
ini maka dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada
gambar kerja dan kondisi lapangan. Bayangin jika salah kerja di tempat
orang lain. Bisa kacau itu.
Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa masuk.
Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada proyek
tersebut. Disebut alat-alat berat memang karena bobotnya itu yang berat,
oleh karena itu manajer proyek harus dapat memastikan perkerjaan
persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk
ke areal dengan baik. Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat
berat tersebut tercebur kesungai misalnya.
Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat-pelat baja.
Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak ambles
jika kekuatan tanahnya diragukan. Jika sampai ambles, untuk ‘ngangkat’
itu saja biayanya lebih besar dibanding biaya yang diperlukan untuk
mengadakan pelat-pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat tersebut
tentu didasarkan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, nggak ada itu di
buku teks. Itu yang saya maksud dengan ‘seni’ agar pekerjaan lancar.
Coba, di buku mana itu ada.
Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor.
Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang
bor telah dapat dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai sudah
dibor, eh ternyata tulangannya belum siap. Jika tertunda lama, tanah
pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya).
Bisa-bisa perlu dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk
merakit tulangan juga penting, tidak boleh terlalu jauh, masih
terjangkau oleh alat-alat berat tetapi tidak boleh sampai mengganggu
manuver alat-alat berat itu sendiri. Gimana hayo.
Lho koq, tulangannya gitu sih pak ?
Lha iya. Emangnya kamu belum tahu gambar detailnya. Baik ini gambar detail strukturnya, biasanya digambarkan seperti ini. Ini fondasi franki yang terkenal itu, yang dibagian bawahnya membesar. Itu khas-nya Franky.
Ada yang lebih gede lagi nggak pak, hanya diameter 800 mm ?
Ada, sampai diameter 1 m lebih, tapi prinsipnya hampir sama koq. O ya, kedalaman pondasi adalah sampai tanah keras (SPT 50) dalam hal ini adalah 17-18 m (lokasi di Bogor).
Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan-tulangannya, serta pihak ready mix concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat-alat bornya adalah.
Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat-alat yang digunakan untuk mengebor. Dalam prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator tersendiri seperti ini.
Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah itu. Saat ini difoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.
Kecuali alat bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga
dijumpai alat bor yang terintegrasi dan sangat mobile. Mungkin ini yang
lebih modern, tetapi kelihatannya jangkauan kedalamannya lebih terbatas
dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga, karena diproyek tersebut
ada beberap ukuran diameter tiang bor yang dipakai.
Jadi pada gambar-gambar nanti, fotonya gabungan dari dua alat tersebut. Jangan bingung ya.
Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari
tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa
yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter
lubang bor.
Perhatikan mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan
casing sama: diangkat dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja
kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya. Kalau nunggu sampai
kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran semua. Lubang tertutup lagi.
Jadi pemasangan casing penting.
Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar
di atas, mata auger sudah diganti dng Cleaning Bucket yaitu untuk
membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan
akhirnya sudah menjadi kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi
Franky Pile maka bagian bawah pondasi yang bekerja dengan mekanisme
bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor khusus,
Belling Tools sebagai berikut.
Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek
dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama
seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor
tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari
satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran
ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara
tepat, satu persatu pada titik yang dibor.
Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah ‘siap’, maka selanjutnya adalah penempatan tulangan rebar.
Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan. Ngangkatnya bertahap.
Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.
Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.
Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.
Cukup panjang khan. Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa mengambil gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah agak khusus lho, nggak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar. Mau tahu detailnya ?
Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi, tempat memasukkan beton segar.
Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bor nya nggak dipasang, mesin bor non-aktif).
Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.
Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat.
Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong pipa tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang supervisor menentukan.
Kenapa ?
Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang
dituang terlalu banyak maka jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi
susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi, sedangkan beton
pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa
terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua
kejadiannya di bawah, di dalam lobang, nggak kelihatan sama sekali. Jadi
pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi memegang
peran sangat penting. Sarjana baru lulus pasti kesulitan mengerjakan hal
tersebut. Pada kasus ini, tidak hanya teori, lha itu seninya di
lapangan. Perlu feeling yang tepat. Ingat kalau salah, pondasi gagal, cost-nya besar lho.
Jangan sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang baru lulus dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu perlu pengalaman. Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah formil, perlu yang lain yaitu pengalaman yang membentuk mental engineer. Jadi jangan sekedar kerja, misalnya jualan MLM gitu, mana bisa jadi engineer yang baik, meskipun duitnya gede (katanya).
Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin
banyak) maka pipa tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian
pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini karena pengecoran
beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa
langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering segala. Gambar foto di atas menunjukkan air / lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar tadi.
Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam lho dibawah dan nggak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton bisa tidak continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan itu.
Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur.
Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai. Sebenarnya ada hal lain yang mahasiswa saya bisa laporkan yaitu pelaksanaan pengujian beban atau Loading Test 150% kapasitas. Wah menarik lho. Tapi nanti dulu ya pada artikel lain.
O ya ada pertanyaan, casingnya dicabut nggak ya. Mestinya iya ya, khan mahal.
Pekerjaan pemetaan pada lokasi sebelum alat-alat proyek didirikan.
Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa masuk.
Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat-pelat baja.
Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor.
Lho koq, tulangannya gitu sih pak ?
Lha iya. Emangnya kamu belum tahu gambar detailnya. Baik ini gambar detail strukturnya, biasanya digambarkan seperti ini. Ini fondasi franki yang terkenal itu, yang dibagian bawahnya membesar. Itu khas-nya Franky.
Ada, sampai diameter 1 m lebih, tapi prinsipnya hampir sama koq. O ya, kedalaman pondasi adalah sampai tanah keras (SPT 50) dalam hal ini adalah 17-18 m (lokasi di Bogor).
Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan-tulangannya, serta pihak ready mix concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat-alat bornya adalah.
Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat-alat yang digunakan untuk mengebor. Dalam prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator tersendiri seperti ini.
Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah itu. Saat ini difoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.
Jadi pada gambar-gambar nanti, fotonya gabungan dari dua alat tersebut. Jangan bingung ya.
Pengeboran
Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Biaya itu. Ini contoh mesin bor dan auger dengan berbagai ukuran siap ngebor (bukan inul lho).
Cleaning Bucket dan Belling Tools
Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai
kedalaman rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman
lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual.Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah ‘siap’, maka selanjutnya adalah penempatan tulangan rebar.
Pengecoran beton :
Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan.Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.
Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.
Cukup panjang khan. Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa mengambil gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah agak khusus lho, nggak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar. Mau tahu detailnya ?
Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi, tempat memasukkan beton segar.
Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bor nya nggak dipasang, mesin bor non-aktif).
Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.
Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat.
Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong pipa tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang supervisor menentukan.
Kenapa ?
Jangan sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang baru lulus dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu perlu pengalaman. Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah formil, perlu yang lain yaitu pengalaman yang membentuk mental engineer. Jadi jangan sekedar kerja, misalnya jualan MLM gitu, mana bisa jadi engineer yang baik, meskipun duitnya gede (katanya).
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering segala. Gambar foto di atas menunjukkan air / lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar tadi.
Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam lho dibawah dan nggak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton bisa tidak continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan itu.
Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur.
Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai. Sebenarnya ada hal lain yang mahasiswa saya bisa laporkan yaitu pelaksanaan pengujian beban atau Loading Test 150% kapasitas. Wah menarik lho. Tapi nanti dulu ya pada artikel lain.
O ya ada pertanyaan, casingnya dicabut nggak ya. Mestinya iya ya, khan mahal.
No comments:
Post a Comment